Tekad Kuat Mewujudkan Mimpi

Namaku Desi Ratnasari, sangat familiar di negeri ini, sama seperti artis papan atas. Aku orang Indonesia asli, terlahir di Indonesia dan akan mengabdi sepenuhnya pada negeri ini. Aku adalah seorang anak pedagang di sebuah kota di pinggiran Ibu Kota Jakarta, yakni Bogor. Terkadang ayah ku mencari uang tambahan untuk mehidupi keluarga ini dengan menjadi kuli di pasar, karena uang yang dihasilkan setiap hari dari berjualan tidak cukup untuk menghidupi delapan orang anggota keluarga. Aku anak kedua dari tujuh bersaudara dari pasangan Basri dan Siti Rokoyah, aku memiliki satu kakak perempuan dan lima orang adik laki-laki.

Aku dan keluargaku pernah merasakan pahitnya hidup, karena waktu aku duduk di kelas VIII SMP. Keluargaku terpaksa "gulung tikar" dari berjualan sehari-hari pada "warung sembako" sebagai mata pencaharian utama, karena orangtuaku pernah terbelit utang-piutang dengan rentenir sehingga ayahku mengambil keputusan untuk menjual warung itu demi membayar utang. Tidak tahu mengapa ayahku mengambil keputusan itu tanpa memikirkan apa yang akan terjadi setelah warung itu dijual, dengan berat keluargaku melepas warung itu demi membayar utang, tetapi jika keluargaku tidak menjual warung itu keluargaku akan selalu terbelit utang pada rentenir yang bunga pinjamannya selalu bertambah.
Selesai beban utang terbayar, kini keluargaku bebas dari utang menjerat. Tetapi setelah menjual warung itu, keluargaku semakin merunduk karena tidak ada pemasukan lagi. Yang ada hanya pengeluaran setiap hari untuk makan menghidupi keluarga, semakin menipis uang simpanan ayah dan ibuku. Simpanan itu dipakai untuk aku, kakak, dan adik-adikku sekolah serta untuk kebutuhan setiap hari.
Tidak tahu apa yang akan dilakukan setelah itu, ayah dan ibu terlihat bingung memikirkan pertanyaan yang ada di benak mereka untuk menghidupi keluarga. Saat aku duduk di bangku SMP dan kakakku di SMA, kami diminta berhenti sekolah karena tidak ada biaya untuk melanjutkan sekolah. Waktu itu, jarak sekolah kami cukup jauh dari rumah dan harus menempuh perjalanan dengan menggunakan angkutan. Tarif angkutan hanya seribu rupiah, tapi keluargaku tidak mampu. Hari itu, kami tidak pergi ke sekolah karena kondisi ekonomi yang kurang. Kakakku pernah berkata, "Kita tidak boleh lemah, tidak boleh menyerah, kita harus tetap sekolah. Kita harus mengubah nasib keluarga ini." Walau dengan kondisi ekonomi yang kurang, tapi kami bertekad tetap sekolah, dengan berangkat lebih pagi dan berjalan kaki serta berpuasa, menguatkan niat kita untuk mengubah nasib keluarga.
Aku berusaha belajar bekerja keras demi meraih cita-cita dan mengubah nasib keluarga menjadi lebih baik. Terasa lelah dengan semua itu, pergi sekolah berjalan kaki dengan berpuasa membuat diriku lemah hingga sempat aku berpikir untuk "berhenti sekolah". Tapi kakakku selalu memberi semangat agar aku tidak lelah menghadapi semua cobaan. Belajar lebih giat, meraih prestasi di akademik maupun nonakademik. Alhamdulilah, berkat dorongan semangat kakakku membuat aku meraih prestasi yang cukup membanggakan, yakni menjadi peringkat satu di kelas IX SMP dan peringkat 2 di kelas XII SMA, serta mencatat prestasi nonakademik sebagai juara 2 LAKBAN (Lomba Ketangkasan Pengibaran Bendera), juara harapan satu LKBB (Lomba Ketangkasan Baris Berbaris), juara 3 LKBB Champion (Lomba Ketangkasan Baris Berbaris), dan Juara Formasi terbaik dalam LKBB dan LAKBAN sekota Bogor. Aku juga pernah menjabat sebagai Ketua Umum di Paskibra Garda Paksi di SMA selama setahun.
Aku memiliki cita-cita besar mengabdi pada negeri, menjadi ahli fisika atau Guru Besar Ilmu Fisika. Tapi, semua itu hanya mimpi untuk anak sepertiku dengan keadaan kondisi ekonomi kurang. Ingin rasanya aku kuliah di perguruan tinggi, saat aku duduk di kelas XII SMA ditanya teman-teman dan guru: ke mana aku akan melanjutkan sekolah? Aku hanya bisa diam dan tidak menjawab pertanyaan mereka, karena aku menyadari bahwa orang sepertiku tidak pantas dan tidak mampu masuk perguruan tinggi negeri dengan kondisi ekonomi pas-pasan.
Tiba waktunya pendaftaran SNMPTN, teman-temanku sibuk untuk daftar kuliah di perguruan tinggi yang mereka inginkan. Karena menyadari kondisi, aku tidak mendaftar ke PTN manapun, aku hanya bisa berdiam diri melihat teman-teman yang sedang daftar di ruang BK. Akhirnya guru bimbingan konseling di kelas berkata, bahwa jangan khawatir untuk siswa yang kondisi ekonominya kurang bisa kuliah di PTN karena ada beasiswa yang bernama "BIDIK MISI". Saat itu aku semangat dan berbicara kepada orangtua kalau aku ingin kuliah, aku menceritakan semuanya kepada ibu dan ayah tentang beasiswa itu. Mereka tersenyum lebar dan bahagia karena mendengar kabar tentang beasiswa itu. Keesokan harinya aku memberanikan diri untuk daftar PTN dan aku memilih PTN yang memiliki jurusan Teknik Fisika karena aku ingin membuat mimpi ku menjadi nyata sebagai ahli fisika Indonesia.
Saat pengumuman PTN itu ternyata hasilnya aku belum lolos. Aku lari dan memeluk ibu dan menangis karena kesempatan kali ini aku mengecewakan keluargaku terutama ibu yang selalu mendukung untuk bisa kuliah. Kesempatan pertama hilang lenyap dan sia-sia. Kembali aku diam dan tertunduk, entah apa yang harus aku lakukan untuk dapat membanggakan orangtua agar bisa kuliah. Ternyata waktu yang menjawab semua pertanyaan itu. Guruku bicara masih ada kesempatan untuk bisa kuliah di PTN karena masih ada jalur tulis dan mandiri. Aku bergegas untuk pergi ke warnet dan segera mendaftar jalur tes lainnya. Aku mengikuti semua tes dan tetap saja hasilnya aku gagal. Sembilan kali aku mengikuti tes masuk PTN dan sembilan kali juga aku gagal. Tentu saja itu membuat lingkunganku mengatakan aku bodoh, pemimpi, egois, dan segala macam. Tapi tidak apa-apa, aku anggap itu termasuk sebuah cobaan untuk dilewati sebelum sukses.
Tekanan batin dan mental semakin aku rasakan saat aku tidak lolos masuk PTN. Ingin rasanya kuliah walau harus kuliah di PTS, tapi itu tidak mungkin aku lakukan karena tak ada biaya. Saat teman-temanku sibuk dengan aktivitas ospek, aku hanya terdiam. Apalagi, waktu mereka bertanya: "Kuliah di mana?" Sungguh aku hanya bisa menggigit jari. Alhamdulillah, ketika aku berada di lembah kebingungan, kakakku memberi tahu tentang Beastudi Terpadu Calon Sarjana Dhuafa Berprestasi di STT Terpadu Nurul Fikri. Semoga ini adalah jawaban semua pertanyaanku untuk bisa merasakan bangku kuliah dan membanggakan kedua orangtuaku. Tanpa membuang-buang kesempatan kali ini, aku ingin sekali kuliah.
Jika aku tidak mencoba peluang Beastudi, mungkin aku hanya bisa berdiam diri dan menyalahkan diriku sendiri. Sebodoh itukah aku mengikuti bermacam-macam tes perguruan tinggi, jika hasilnya nihil? Bersykur, aku mendapat jawaban atas semua doa. Aku merasakan bangku kuliah berkat adanya Beastudi STT-NF. Aku diterima di Kampus Tercinta dan saat ini aku kuliah menempuh semester satu jurusan Teknik Informatika.
Aku sangat bersyukur kepada Allah, dan banyak berterimakasih kepada pihak kampus yang telah memberikan beastudi kepada siswa kurang mampu yang mempunyai mimpi dan keinginan untuk dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi. Dengan beastudi ini aku bisa kuliah, hal yang dulu aku anggap sebuah kemustahilan. Sempat aku berpikir, mungkin karena aku orang yang tidak mampu, maka perguruan tinggi banyak yang menolakku. Tapi pikiran itu hanyalah sebuah alibi. Kenyataannya, persiapanku yang kurang matang, sehingga aku gagal di berbagai tes. Kesempatan sekali ini tidak akan aku buang begitu saja, aku mendapatkan beastudi STT-NF sebesar 100%. Tanpa harus mengeluarkan uang sepeserpun, aku dapat kuliah, melanjutkan tekad dan niatku untuk mengubah nasib dan mengangkat derajat orangtuaku. Aku akan mempertahankan prestasi hingga lulus nanti.
Berkat beastudi kini aku menjadi seorang mahasiswa, sebuah impian yang tidak pernah terduga, tanpa harus memberatkan orangtua. Di kampus STT-NF banyak pengalaman yang aku ambil, mendapatkan pendidikan berkualitas serta mendapatkan uang saku per bulan. Berkat kuliah di STT-NF aku bisa mendapatkan ilmu tentang Teknologi Informasi yang terus berkembang. Banyak macam organisasi yang menuntun kita menjadi mahasiswa lebih maju dan memiliki pemikiran kreatif. Setiap mahasiswa diajarkan bukan hanya serius belajar, tapi di kampus STT-NF aku mendapatkan pelajaran dan keterampilan yang sangat mendukung kemajuan, serta membentuk karakter islami. Hal itu dibuktikan dengan adanya mentoring dan seminar untuk mahasiswa. Aku semakin percaya diri menuju dan meraih mimpi serta cita-citaku: menjadi mahasiswa yang memiliki tujuan hidup lebih baik.
Kali ini aku hanya aktif sebagai mahasiswa dan fokus belajar. Aku belum aktif berorganisasi di kampus, tapi aku mengikuti IT Club untuk desain grafis dan web programing. Dengan mengikuti IT Club, aku semakin mendapatkan ilmu lebih, suatu hal yang aku banggakan walau aku hanya seorang mahasiswa yang mendapatkan Beastudi. Kampus STT-NF membuat sesuatu yang luar biasa sehingga orang-orang yang kurang mampu mendapatkan pendidikan serta fasilitas yang baik.
Ini adalah jawaban dari doaku selama ini. Di sinilah aku memulai untuk meraih mimpi dan bisa memahami semua apa yang dipelajari di kampus ini, serta di sinilah Allah Swt menetapkanku di kampus tercinta STT-NF. Menghadapi rintangan, menyisihkan ratusan orang demi bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi hingga tersisa beberapa orang yang lolos mendapatkan Beastudi. Terima kasih kepada para Donator serta Mitra yang mendukung STT-NF melalui program beastudi ini. Orangtuaku pun mengucapkan terima kasih sehinga aku dapat terus melangkah meraih cita-cita dan mimpiku menjadi seorang mahasiswa dan, insya Allah, menjadi seorang Sarjana
"Semoga ini adalah awal langkah kamu menuju kesuksesan. Kami sebagai orangtua hanya bisa berdoa agar kamu menjadi orang yang berguna bagi umat dan bangsa Indonesia. Rajinlah belajar, kuatkan tekad demi bisa membanggakan orangtua dan semua orang yang telah mendukung," begitu pesan orangtuaku. Manusia hanya bisa berencana dan bersabar dengan cara yang paling indah. Sebaik-baiknya rencana manusia, percayalah bahwa takdir Allah itu lebih indah. Inilah tekadku untuk mewujudkan mimpi jadi kenyataan.
Nama: Desi Ratnasari
Hobi: Menonton
Twitter: @desiratnasari30
FacebookDesiratnasariiechi@yahoo.com
EmailDesiratnasari866@gmail.com

nurulfikri.ac.id

Komentar

  1. so many stories, I've been read, but this is new and something different with the others people. your life was changing. I hope you have to finish your goal. chase your dream. and live life when you living right now. Thanks! by: TrobleMaker :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MVC Model-View-Controller

Algoritma dan Flowchart Untuk Menentukan Bilangan Terbesar