Jilbabku Mahkotaku
            Aku seseorang yang bisa dibilang cukup lama dalam berjilbab, awal aku mengunakan jilbab sejak aku duduk di kelas 5 SD itu pun dikarenakan waktu aku sekolah sedang musim hujan, seragam sekolah yang biasa aku pakai untuk sekolah habis semua terpakai, karena setiap seragam yang aku pakai setelah pulang sekolah seragamku selalu basah karena kehujanan padahal aku selalu menggunakan payung tapi tetap saja seragamku basah, hingga tidak ada seragam yang tersisa satupun untuk aku pakai esok harinya. Hujan itu membuat aku bingung tidak mungkin juga aku harus berbolos sekolah hanya gara-gara seragamku habis terpakai, kemudian ibu ku datang menghampiriku menanyai “apakah aku mau sekolah atau tidak?”dengan menyarankan  aku, jika aku ingin pergi ke sekolah untuk memakai baju muslim, sempat terdiam sejenak dan memikirkan untuk pergi sekolah atau harus bolos sekolah dengan alasan yang tidak masuk akal, dan akupun memutuskan untuk memakai baju muslim yang ibu bawa kepadaku, aku sempat berfikir untuk memakai baju muslim itu tanpa memakai jilbab nya karena aku sesorang yang tidak begitu betah jika memakai jilbab terlalu lama, tetapi saat aku bercermin saat aku memakai baju muslim itu, diriku terlihat aneh jika memakai baju muslim tanpa memakai jilbab, dan saat itu ibu ku menyarankan aku untuk memakai baju muslim dengan jilbab nya, saat aku sampai disekolah teman-teman ku bertanya, " apakah aku akan selamanya memakai jilbab atau hanya hari itu saja?" disitulah aku berfikir untuk esok harinya apakah aku akan melanjutkan memakai jilbab atau hanya hari itu saja, pertanyaan itu membuat aku bingung, jika aku tidak memakai jilbab diesok dan seterusnya maka aku seperti memaikan jilbab itu tetapi jika aku memakai jilbab untuk selamanya aku merasa tidak nyaman karena aku tidak terlalu suka memakai jilbab karena jika aku memakai jilbab wajahku terlihat “ANEH” dan pasti banyak yang bilang kalau aku tuh “SOK ALIM”, disaat itu lah aku memutuskan untuk  memulai berjilbab untuk seterusnya, walau dari keluargaku sendiri belum ada yang menggunakan jilbab.

Aku hanya memakai kerudung yang simple dan bukan niatan aku untuk memakai jilbab karena aku tidak tau jika memakai jilbab itu tidak sembarang pakai saja atau yang langsung dililitkan begitu saja karena Jilbab merupakan bagian dari syari’at yang penting untuk dilaksanakan oleh seorang muslimah. Ia bukanlah sekedar identitas atau menjadi hiasan semata dan juga bukan penghalang bagi seorang muslimah untuk menjalankan aktivitas kehidupannya. Menggunakan jilbab yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah wajib dilakukan oleh setiap muslimah, sama seperti ibadah-ibadah lainnya seperti sholat, puasa yang diwajibkan bagi setiap muslim. Ia bukanlah kewajiban terpisah dikarenakan kondisi daerah seperti dikatakan sebagian orang (karena Arab itu berdebu, panas dan sebagainya). Ia juga bukan kewajiban untuk kalangan tertentu (yang sudah naik haji atau anak pesantren).

Aku mengenal jilbab syar’i waktu aku duduk dikelas 3 SMA, aku memiliki seorang teman lelaki temanku itu  seseorang yang gemar membaca tiada hari tanpa membawa buku bacaan untuk dibaca dikelas saat pelajaraan, aku sering memerhatikan temanku yang itu karena sejak aku perhatikan dia tidak pernah memerhatikan guru dia lebih memilih membaca buku-buku yang dia bawa, dan sempat dia membawa salah satu buku yang dia pinjam dari teman wanitanya yang berjudul ” Yuk Berhijab! “ karya ust. Felix Siauw. sempat aku disuruh membaca buku itu oleh temanku dia memberi tau bahwa buku itu bagus untuk dibaca oleh wanita karena didalam buku Yuk Berhijab ini, ust. Felix mengangkat hal ihwal tentang wanita dan hijab. Bagaimana kedudukan wanita pada jaman sebelum islam ada, pandangan Islam tentang wanita, apa itu hijab, perbedaan kerudung dan jilbab, bagaimana jilbab yang syar'i, dll. Banyak disinggung juga tentang fenomena hijab yang terjadi pada jaman sekarang, istilah menghijab hati terlebih dahulu juga serentatan lainnya.     

Ternyata ada beberapa potongan kalimat  di dalam buku Yuk berhijab! Yang meningatkan kita untuk mau berhijab.

Selamanya tak akan ada lagi wanita sesempurna
Asiyah atau Maryam binti Imran
namun dunia akan selalu mengenal wanita 
yang meniti jalan yang sama dalam ketaataan

Tiada lagi wanita yang bapaknya nabi, pamannya
nabi, dan bersuamikan nabi sebagaimana Shafiyyah
namun tak habis dunia merindu wanita cerdik 
cendekia yang karena akalnya ia berharga

Sampai ujung waktu akan sangat sulit
menandingi cantik jelita paras A'isyah
yang kemerah-merahan
namun sampai dunia berakhir akan banyak 
yang mecoba merebut cinta Rasulullah Saw. 
dengan taati perintahnya dalam kenakan hijab

Hanya akan ada satu Khadijah yang dikenal setia
namun dunai penuh dengan wanita 
yang mengaguminya dan kepada surga 
mereka bersedia

Bila engkau cantik, biarlah itu karena hijab
bila engkau mulia itu karena engkau menjaga 
yang wajib

Bila engkau muia, biarlah itu karena ketaatan
bila Allah berkenan , mudah-mudahan engkau 
dianugerahkan kehormata
Muslimah yang mengenakan hijab bukanlah malaikat, dan memang tidak harus menunggu bagaikan malaikat yang tak diberikan kesempatan Allah untuk bermaksiat. Malah, bila berhijab harus menunggu laksana malaikat, tentu tiada satupun Muslimah yang layak mengenakannya.Justru sebaliknya, hijab adalah sebuah usaha Muslimah untuk menjahui maksiat. Hijab memberikan sebuah pengingat bagi diri untuk senantiasa menjahui dosa. Bahkan berhijab itu sendiri sudah menghindarkan muslimah dari dosa berkelanjutan, dosa mengumbar aurat.
Dulu Saat aku kelas 3 SMP teman sekelas ku tiba-tiba memakai jilbab saat mendekati UN (Ujian Nasional) ternyata sesudah UN teman ku melepas jilbab nya lagi, aku merasa heran dan penasaran mengapa teman ku itu mempermaikan jilbab nya itu, lalu aku memberanikan diri bertanya kepada temanku itu mengapa dia memakai kemudian melepas jilbab nya setelah UN, jawaban pertama dia itu karena dia ingin dipermudah saat mengerjakan UN, dan alasan kedua mengapa dia melepas jilbab itu yaitu karena belum “SIAP” untuk memakai jilbab entah apa pun jawabannya dia, sehingga saat aku reuni SMP aku bertemu dengan dia, aku berharap setalah lulus SMP dia akan selalu memakai jilbab nya ternyata dugaan ku salah, dan dia lebih memperlihatkan auratnya dengan memakai pakaian yang terbuka.
Sempat aku mempunyai niatan untuk membuka jilbab ku ini karena lingkungan ku, tetapi alhamdulilallah allah selalu menegurku untuk tidak membuka jilbab ku ini, walau jilbabku ini tidak berjilbab syar’I saat ini, aku sempat merasa heran saat kakak ku yang merantau untuk kuliah di jogja pulang kerumah kakak ku terlihat berbeda penampilannya dengan menggunakan jilbab “SYAR’I” itu aku beratanya kepada dia “mengapa dia menggunakan jilbab syar’I itu padahal jilbab syar’I itu terlihat aneh dan terlihat jilbab kita “BESAR” dan sama seperti ibu-ibu yang sudah naik haji” simple jawaban kakakku yang terucap dari mulut dia itu sehingga dia menjawab “aku di ajarkan teman-teman ku menggunakan jilbab seperti itu karena aku ingin masuk surga bareng mereka”. Aku menghiraukan jawaban kakak ku entah mengapa dia menjawab seperti itu, dan ternyata hirauan aku itu membuat aku memakai jilbab dan pakaian yang “SYAR’I” sejak aku masuk kuliah dan bahwa memang di anjurkan dalam agama jadilah wanita muslimah berbeda dengan wanita yang bukan muslimah (baca: wanita kafir) dan memang seharusnya demikian, hukum berjilbab atas wanita muslimah, suatu ketetapan yang tidak bisa ditawar-tawar atau ditolak dengan dalih apapun, karena Allah yang kita sembah dengan ibadah shalat dan yang lainnya, Dialah juga yang mewajibkan wanita muslimah untuk berjilbab.

Allah berfirman:
"Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu’min:"Hendaklah mereka menjulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang." (QS. Al-Ahzab: 59).
Dalam ayat di atas ada kata jalaabiib, bentuk plural dari mufrodnya (kata tunggalnya) yaitu jilbab, yang memiliki makna:
1. Kerudung besar yang menutupi semua anggota badan, sebagaimana penjelasan Imam Al-Qurthubi (Tafsir Al-Qurthubi 14/232).
2. Pakaian yang menutupi semua anggota badan wanita, sebagaimana yang dituturkan oleh Ibnu Mas’ud, Ubaidah, Qotadah, Hasan Basri, Said bin Jubair, Ibrahim An-Nakhoi dan Atho’ al­Khurasani. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir 6/424, Al­Muhalla 3/219).
3. Selimut yang menutupi wajah wanita dan semua anggota badannya tatkala akan keluar, sebagaimana yang dituturkan Ibnu Sirin. (Lihat Tafsir Ad-Durul Mansur 6/657, Tafsir Al­Baidhowy 4/284, Tafsir An-Nasafi 3/453 581, Fathul Qadir 4/304, Ibnu Katsir 6/424 dan Tafsir Abu Su’ud 7/108).
4. Pakaian yang menutup dari atas kepala sampai ke bawah, sebagaimana yang dituturkan oleh Ibnu Abbas. (Lihat Tafsri Al-Alusy 22/88).
5. Selendang besar yang menutupi kerudung. Sebagaimana yang dituturkan oleh Ibnu Mas’ud dan para tabi’in. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir 6/ 425).
6. Pakaian sejenis kerudung besar yang menutupi semua badan, sebagaimana yang dituturkan oleh Ibnu Abbas dan Ibnu Mas’ud.(Lihat Tafsir Ats­Tsa’labi 2/581).

Adapun dalil-dalil dari Sunnah:
1.      Hadits yang mengancam wanita tidak masuk surga karena tidak berjilbab. Rasulullah r bersabda: Ada dua kelompok termasuk ahli neraka, aku belum pernah melihatnya: Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapl, mereka memukul manusia dengan cambuknya, dan wanita yang kasiyat (berpakain tapi telanjang baik karena tipis, atau pendek yang tidak menutup semua auratnya), Mailat mumilat (bergaya ketika berjalan, ingin diperhatikan orang) kepala mereka seperti punuk onta yang berpunuk dua. Mereka tidak masuk surga dan tidak mendapatkan baunya padahal bau surga itu akan didapati dari sekian dan sekian (perjalanan 500 th).. (HR. Muslim 3971, Ahmad 8311 dan Imam Malik 1421). Syaikh Bakr bin Abdullah Abu Zaid berkata: “Hadits ini menunjukkan bahwa tabarruj (bersoleknya kaum wanita) termasuk dosa besar”.
2.      Wanita adalah aurat, dia wajib berjilbab. Rasulullah r bersabda:
Wanita itu adalah aurat, apabila dia keluar akan dibuat indah oleh syetan.”(Shahih. HR Tirmidzi 1093, Ibnu Hibban dan At-Thabrani dalam kitab Mu’jmu1 Kabir.Lihat A1-Irwa’: 273).
3.      Ummu Salamah berkata: Wahai Rasulullah, bagaimana wanita berbuat dengan pakaiannya yang menjulur ke bawah? Beliau rbersabda: Hendaklah mereka memanjangkan satu jengkäl, lalu ia bertanya lagi: Bagaimana bila masih terbuka kakinya? Beliau menjawab: “Hendaknya menambah satu hasta, dan tidak boleh lebih”. (HR. Tirmidzi 653 dan berkata:“Hadits hasan shahih”).
4.      Kisah wanita yang akan berangkat menunaikan shalat ‘ied, ia tidak memiliki jilbab, maka diperintah oleh Rasulullah SAW: “Hendaknya Saudarinya meminjaminya Jilbab untuknya “. (HR. Bukhari No. 318).
Niscaya demikianlah yang membedakan kamu dengan wanita kafir, jika kamu berkumpul ditengah keramaian tampaklah orang -orang diantara kamu yang berhijab menurut syari’at islam. sedang bagi tiada berjilbab dan tidak pula dengan hidjab niscaya kamulah yang menjadikan dirimu sama dengan wanita-wanita kafir itu.
Ketahuilah bahwasanya islam itu amatlah keras kepada kekafiran,kekufuran, kemudharatan, keingkaran dengan sekalian gerangan dosa itu sekaliannya. jika engkau merasa berat dengan syari’at islam yang diwajibkan atas kamu, maka ambillah olehmu agama selain daripada islam karena engkau akan dapat bersuka ria dengan sesamamu. tapi ukhti..ingatlah..bahwa sesungguhnya hanya islam yang menyanjung-nyanjung kesucianmu lagi meninggikan derajatmu dari yang lain. Islam begitu mencintaimu, memperhatikanmu, menyayangimu, memuliakanmu, memberi kebaikan yang tiada henti-hentinya padamu, melainkan sebahagian kamulah yang berpaling.

Rasulullah bersabda:
Dua golongan dari ahli neraka yang belum pernah aku lihat, yaitu: “suatu kaum yang memiliki cambuk, seperti ekor sapi untuk memukul manusia, dan para wanita yang berpakaian tetapi telanjang, berlenggaklenggok (jalannya), mengajarkan wanita berlenggaklenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring, wanita seperti ini tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium wanginya, walaupun wanginya tercium selama perjalanan ini dan ini (jauhnya)” (HR. Muslim).
Banyak wanita sekarang berkerudung namun justru model kerudung ini adalah model yang dilarang. Kerudung model ini umumnya berukuran kecil dan sipemakai masing memakai pakaian ketat dan celana jeans. Model kerudung kecil dan rambut di sanggul keatas sehingga ketika dipakaikan kerudung, sanggul tampak seperti punuk unta. Dengan adanya hadist diatas, makin tampak kebenaran islam dan makin dekat pula hari kiamat. 


Jika anda wanita muslimah, pakailah jilbab yang besar minimal seperti ini


Kesimpulan bahwa jilbab bukanlah kerudung yang digantungkan di leher, bukan pula kerudung tipis yang kelihatan rambutnya atau kerudung yang hanya menutup sebagian rambut belakangnya, bukan pula kerudung sebangsa kopyah yang kelihatan lehernya atau kerudung yang hanya menutup ujung kepala bagian atas seperti ibu suster dan wanita Nashraniatau kerudung yang kelihatan dadanya, dan bukan pula selendang kecil yang dikalungkan di pundak kanannya. janganlah kita terpedaya dengan segala aktifitas dan perkataan orang yang menjadikan seseorang cenderung merasa tidak mungkin untuk menggunakan jilbab yang sesuai syari’at. Ingatlah, bahwa sesungguhnya tidak ada teman di hari akhir yang mau menanggung dosa yang kita lakukan. Hanya kepada Allahlah kita memohon pertolongan ketika menjalankan segala ibadah yang telah disyari’atkan. Dan jadikanlah jilbab sebagai mahkota yang selalu bersinar di dunia dan di akhirat.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

MVC Model-View-Controller

Algoritma dan Flowchart Untuk Menentukan Bilangan Terbesar